Juli 2012

Cara Praktis Membuat Godok

BAGI MASYARAKAT Melayu, tentu tidak asing dengan kue satu ini. Bersama ”sahabat karib” goreng pisang, godok merupakan breakfast menyenangkan yang dinikmati masyarakat di kampung-kampung di Riau. Menyantap godok, juga berarti telah tersedia secangkin kopi hitam di atas meja (cangkir biasanya tebuat dari seng, berwarna loreng kehijauan, ukurannya kira-kira setengah hari minum kopi), menenami menyambut hari ini sebelum berangkat dinas, mengunjungi batang-batang karet satu persatu dengan teliti dan keyakinan penuh.

Godok merupakan penganan yang digoreng. Asal mula nama godok, mungkin karena semua bahan yang dibutuhkan digodok menjadi satu (ini baru asumsi), walaupun pada dasarnya setiap kue dan sejenisnya juga melalui proses yang sama: digodok.

telusuri

Kearifan Lokal: Masihkah Menelantarkannya?

tuai… nak padi… dituai…
oi sipuluik nak… dibuek pokan
tuai.. nak sayang amak sayang padi dituai
amak mangai nak sayang, manca’i makan
layang-layang tobang malayalang
kain sasugi nak, pamagau bonio
layang-layang tobang malayang nak sayang
kain sasugi nak oi sayang
pamagau bonio
mo basamo poi ka ladang
mananam padi sayang
mananam bonio...


Potong Rambut. Persiapan sebelum pelaksanaan
Upacara Potong Rambut. 
foto: derichard h. putra/09)
BERNOSTALGIALAH saya menikmati sawah-sawah tak berpadi di kampung saat libur Idul Fitri yang lalu. Seperti membalikan album usang, hayalan saya terhenti pada masa saat sawah-sawah tersebut dulunya dibajak dengan kerbau dan kemudian secara batobo ditanami padi yang diiringi randai, rarak godang, calempong tingkah, dan senyuman malu gadis-gadis perawan disela godaan bujang-bujang kampung. Sayapun teringat sebuah seminar di Universitas Gadja Mada akhir tahun lalu: World Conference on Science, Education and Culture (WISDOM 2010). Secara sengaja atau kebetulan, Universitas Riau merupakan ‘tuan rumah’ pada helat tersebut, sehingga bule-bule pun mencicipi ikan salai, goreng petai, lempuk durian, dan nyanyian pantun batobo di samping berbagai masakan dan hiburan rakyat lainnya.
            Helat internasional tersebut tersebut mengusung tema yang sangat unik: “Kearifan Lokal, Solusi Mengatasi Masalah Dunia”.

telusuri

Fenomenologi dan Hermeneutika: Sebuah Perbandingan

Pendahuluan
Fenomenologi dan hermenutika telah menjadi semakin populer dewasa ini. Keduanya memiliki karakteristik tersendiri dan penggunaannya disesuaikan dengan fenomena dan permasalahan yang hendak diteliti. Jika fenomenologi memberikan atensi lebih besar pada sifat pengalaman yang dihidupkan, sedang hermeneutika berkonsentrasi pada masalah-masalah yang muncul dari interpretasi tekstual. Keduanya membicarakan manusia sebagai realita yang eksistensinya ditentukan oleh kondisi-kondisi fisik dan budaya yang mempengaruhi. Fenomenologi dan hermenutika saling bersentuhan, namun juga mempunyai perbedaan, kekuatan dan kelemahan masing-masing.
Fenomenologi dengan Edmund Husserl-nya mampu “mengusung” menjadi sebuah disiplin ilmu yang berpengaruh dan banyak mempengaruhi filsup-fulsup lain di abad 20, sedangkan hermeneutik, dengan Friedrich  Schleiermacher-nya (dikenal sebagai Bapak Hermeneutika modern), dijadikan banyak peneliti sebagai metode-metode penelitian tidak hanya menguak makna teks tetapi juga interpretasi fenomena sosial.

telusuri

Antropologi Kesehatan, Sebuah Definisi


Sungai Siak di Provinsi Riau
Pendahuluan
Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, di antaranya objek yang  menjadi kajian disiplin ilmu ini adalah: 1) penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes), 2) dibeberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural maupun supernatural atau penyihir, 2) kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda disetiap kelompok masyarakat, 3) healers mempunyai peranan sebagai penyembuh, dan 4) adapun perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak secara individual, terutama illness dan sickness pada keluarga ataupun masyarakat.

telusuri

Orang Kuantan adalah Orang Melayu

BERBAGAI penelitian arkeologi, etnolinguistik, hingga kebudayaan di seluruh dunia mengatakan bahwa orang Kuantan adalah Melayu. Ketika gelombang arus migrasi pertama sekitar 1000 tahun SM orang Melayu masuk ke nusantara mereka mendiami pesisir Pulau Sumatra, kemudian mereka mulai masuk secara evolusi ke pedalaman, singgah di berbagai pinggiran sungai di sepanjang 4 sungai di Riau, yaitu Sungai Indragiri/Kuantan, Siak, Kampar, dan Rokan. Orang ini saat ini disebut dengan proto Melayu (Melayu Tua), dan sekarang disebut pula dengan masyarakat suku Asli, seperti Talang Mamak, Sakai, Bonai, Akit, Duanu, dll. Setelah bermastutin di tepi-tepi sungai mereka terus merasuk masuk ke hulu. Khusus di Indragiri mereka singgah dan bermastautin di Kuantan, dan seterusnya sampai pula di Minangkabau.

telusuri

Ketika Kayangan Tak Lagi Dewa

Catatan dari Ekspedisi Kebudayaan Sungai Siak

Ikan Kayangan. Int.
DULU, ikan Kayangan adalah dewa bagi kami. Tapi kini…” Sepenggal kata-kata pak Ujang melecut miris hati kami. Lelaki bertubuh kurus yang tinggal di sebuah rakit (rumah kecil terapung di atas air) ini begitu berapi-api saat bercerita tentang ikan Arwana, yang dalam sebutan lokal dikenal dengan Ikan Kayangan. Bagi Pak Ujang, dan juga hampir separuh masyarakat yang berada di sepanjang aliran Sungai Tapung Kanan, yang pekerjaan pokoknya adalah nelayan, Ikan Kayangan adalah 'Dewa Penyelamat' yang mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga jika ikan tangkapan susah atau tidak seberapa didapat.

telusuri

Back to Top